Kaca Mata Keimanan
Serang, 2025..
Hari ini masih
belum terasa nyata bagiku.
Semua yang ku
alami dan ku dapat adalah apa yang selalu aku do’akan.
Meski tidak 100%
terkabul seperti apa yang aku inginkan, tapi aku tetap bersyukur dengan segala
kebaikan dan maha pengasihnya Allah.
Tempat baru..
Suasana baru..
Orang baru..
Dan peran yang baru..
Tak pernah
sedikitpun terfikirkan jika Allah akan menuntunku menuju jalan ini.
Hajatku, agar
bisa hijrah dari kampung halaman. Aku memilih Jakarta, tapi Allah memilihkan
Serang.
Inginku, untuk
bisa menetap setelah bertahun-tahun merantau menuntut ilmu. Aku berusaha
menjadi peneliti dengan kontrak kerja yang tidak lama, tapi Allah mempermudah
langkahku menjadi dosen PNS.
Pintaku,
memperdalam ilmu yang aku pelajari selama 6 tahun terakhir. Aku terus belajar
dan fokus pada keilmuanku tapi Allah menempatkan tidak hanya di jurusan yang
berbeda bahkan fakultasnya juga berbeda.
Do’aku terkabul..
tapi dengan versi terbaik menurut Allah. Bukan menurutku.
Semangat yang ku
bawa tetap sama.
Ingin membumikan cara memaknai pesan cinta Allah secara luas, kepada siapapun yang kutemui dalam perjalanan hidup ini.
Meski sampai hari ini,
aku tak tahu maksud Allah memberiku peran ini dan menempatkan aku di sini.
Yang aku yakini
dan aku aamiini.. apapun peran dan tanggungjawab yang Allah beri adalah jalan
untuk mendapat ke-ridhoanNya.
Pandanganku,
Pendengaranku,
Langkah kakiku,
Pun akalku
terbatas..
Jika seluruh
indera sudah tak mampu menafsirkan keadaan saat ini, maka cara terbaik untuk
menerimanya adalah dengan menggunakan kaca mata keimanan.
Kaca mata itu.. tak
terlihat dan tak memiliki fisik..
namun esensinya tetap sama,
“semakin tebal keyakinannya, maka akan semakin jelas pula petunjuknya”
Seringku sebutkan
tentang “kaca mata keimanan” dalam beberapa tulisan tapi tak pernah kujelaskan
maknanya.
Bagiku.. kaca
mata keimanan adalah bagaimana kita melihat sesuatu dengan iman, bukan logika
karna banyak hal yang tak bisa dijelaskan dengan logika di dunia ini.
Seringkali
kita(manusia) angkuh dan melampaui batas, padahal sesungguhnya kita adalah
makhluk yang sangat terbatas.
Namun menyadari
bahwa kita makhluk terbatas, bukan berarti membuat kita pasif dan membatasi
diri.
Kaca mata keimanan dapat menjaga kita agar tak melampaui batas sebagai makhluk yang diutus (pemimpin) di atas muka bumi ini.
Kaca mata keimanan juga mampu menguatkan
kita agar tak takut melangkah dalam ketidak-pastian akan masa depan.
Kaca mata
keimanan itu letaknya di hati..
Karena hati adalah
bagian paling jujur yang kita miliki.
Jika ia bersih,
maka akan semakin jelas pula penglihatannya.
Jika ia kotor,
maka semua juga akan terlihat buram.
Dengan kaca mata keimanan
yang tebal pada hati yang bersih, maka seharusnya…
Kita tak perlu
takut akan kegagalan dan masa depan.
Kita tak perlu bingung
dengan semua keadaan yang tak sesuai harapan.
Kita tak perlu sedih
atas do’a yang tak tahu akan terjawab kapan.
Dengan kaca mata keimanan yang tebal pada hati yang bersih, maka seharusnya…
Kita tak mungkin membenci
dan mendendam seseorang yang menyakiti.
Kita tak mungkin kesusahan
atas ekspektasi yang kita ciptakan sendiri.
Kita tak mungkin
berburuk sangka kepada makhluk, apa lagi kepada Allah sang illahi rabbi.
Dan karena kaca mata keimanan yang tebal pada hati yang bersih;
"Allah tak mungkin menyia-nyiakan hamba yang mencintai dan selalu berbaik sangka kepada-Nya"
Maka ya Rabb..
Yang kuyakini.. semua yang kujalani saat ini pasti baik untukku, menurutMu..
Alhamdulillahirabbil’alaamiin..
Dels~
Komentar
Posting Komentar